Musthafa Kamal Attaturk

Musthafa Kamal Attaturk [*]
Disusun Oleh:
Mas’udi (20090720064)
A.       Biografi
Musthafa Kamal Attaturk dilahirkan di Salanik, Turki,  pada tahun 1880 Masehi,  bertepatan dengan 1296 Hijriyah, meskipun ada yang menyebutkan bahwa ia dilahirkan pada tahun 1881 M. Ibunya bernama Zubaidah Hanim yang saat itu masih berusia duapuluh tahun. Sedangkan sosok ayah dari seorang Musthafa Kamal agak sulit untuk diidentifikasi. Sebagian sumber menyebutkan bahwa ayahnya bernama Ali Ridha Afandi, sekalipun tidak terdapat kemiripan antara dua sosok ini. Bahkan saat foto Ali Ridha Afandi dikonfirmasi kepada Musthafa Kamal, ia menolak mengakui sosok yang ada di foto itu sebagai ayahnya. Meskipun nama Kamal telah tercatat secara resmi di catatan sipil sebagai anak Ali Ridha, namun Ali Ridha sendiri berusaha menghapuskannya. Falih Rifqi (seorang yang selalu menyertai Musthafa Kamal dalam bertugas) menulis bahwa Musthafa Kamal adalah orang yang tidak mau dikaitkan atau tidak mau memperhatikan silsilah para leluhurnya.

Adalah dr. Ridha Nur, salah seorang sahabat dekat Musthafa Kamal, ahli sejarah dan tokoh politik Turki, ia menyatakan: “Telah datang ke Sekolah Tentara di Salanik seorang murid bernama Musthafa, yang diangkat anak oleh salah seorang pengawas gudang di Salanik yang bernama Ali Ridha Afandi.” Pernyataan ini menunjukkan bahwa Ali Ridha Afandi hanyalah ayah angkat Musthafa Kamal. Sedangkan sosok ayah kandungnya tidak begitu dikenali.

Dilihat dari ciri-ciri fisiknya, Musthafa Kamal memiliki rambut kuning seperti rambut jagung, dua mata biru seperti langit, alis mata yang tebal terurai di ujungnya, dan bibir tipis laksana mata pisau, muka oval, jidat lebar, dagu berbentuk persegi, dan memilki rambut panjang terurai ke arah belakang.[†] Tampilan fisik seperti ini sangat jauh berbeda dengan masyarakat Turki pada umumnya.

“Kamal” di belakang nama Musthafa adalah nama tambahan dari guru matematikanya, Kamal Afandi. Sedangkan gelar “Attaturk” ditambahkannya sendiri di belakang namanya untuk menyatakan dirinya sebagai bapak bagi rakyat Turki.

Pendidikan yang ditempuh Musthafa Kamal bermula saat ibunya mendesaknya masuk dalam madrasah, tetapi ia tidak betah di sana. Ia kemudian dimasukkan ke sekolah dasar modern di Salanik. Lalu Sekolah Militer Menengah. Kemudian meneruskannya di Sekolah Latihan Militer di Monastir dan selanjutnya pada Sekolah Tinggi Militer di Istambul. Ia menyukai pelajaran matematika dan sejarah.



B.        Pemikiran
Secara garis besar, dasar pemikiran pembaharuan yang diusung Musthafa Kamal terdiri atas tiga arus utama, yakni sekularisasi, nasionalisme dan westernisasi. Pembaharuan pertama ditujukan terhadap bentuk negara. Di sini harus diadakan sekularisasi. Pemerintah harus dipisahkan dari agama. Musthafa Kamal telah banyak dipengaruhi oleh pemikiran politik Barat bahwa kedaulatan terletak di tangan rakyat.[‡] Peran agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dipangkasnya tanpa kompromi. Ia mengganti aturan hidup yang bernuansa Islam dengan aturan-aturan hidup yang bersumber dari Barat.

Dengan bantuan Inggris, nasionalisme dikobarkan sedemikian rupa oleh Musthafa Kamal Attaturk yang pada akhirnya bermuara pada pemisahan Turki dari kesatuan umat Islam, yakni Daulah Khilafah Islamiyah. Pemisahan diri semacam ini justru merupakan awal mula kemunduran bangsa Turki sendiri serta menjadi malapetaka bagi umat Islam secara keseluruhan pada saatnya nanti, ketika umat ini hidup dengan terdiri atas lima puluh kepingan negara yang berdiri atas spirit kebangsaan yang menjadi kebanggaan masing-masing pihak. Angin Nasionalisme sengaja dihembuskan pihak Barat di tubuh umat Islam karena mereka memahami betul kekuatan umat ini jika diikat oleh kesatuan negara yang berdasarkan ikatan aqidah.

Dalam pada itu, Musthafa Kamal juga melakukan upaya westernisasi dengan sangat berlebihan. Ia bahkan melakukan upaya tersebut sampai pada hal-hal kecil dengan mempromosikan pemakaian topi koboi dan menginjak-injak Al-Qur’an serta melarang pemakaian terbus pada 1925. Pendidikan agama ditiadakan dalam kurikulum. Ia juga menginstruksikan agar mengganti lafadz adzan dengan bahasa Turki serta memperkenalkan alfabet latin dan mengganti alfabet Arab. Kebiasaan mengucapkan salam dengan ucapan “Assalamu ‘Alaikum” bagi para tentara diganti dengan salam ucapan “selamat datang.” Hari libur pekanan yang tadinya diberlakukan pada hari Jum’at diganti dengan hari Minggu. Apa yang dilakukan Musthafa Kamal dalam hal ini dengan jelas menunjukkan bahwa ia berusaha meniru dengan membabi buta segala sesuatu yang datang dari Barat. Ia beranggapan bahwa peradaban Barat adalah peradaban yang dapat membawa pada kemajuan dan kemajuan bangsa Turki hanya dapat diraih dengan meniru peradaban Barat dalam segala hal. Sekalipun telah diketahui bersama bahwa peradaban Barat ibarat bunga mawar, ia memang harum dan indah dipandang, namun perlu diingat bahwa ia juga memilki duri yang sangat berbahaya untuk diterpakan di dunia Islam. Upaya yang dilakukan Musthafa Kamal lebih tepat disebut sebagai upaya pembunuhan karakter masyarakat Turki.

C.        Gerakan
Pemikiran apapun tentu memerlukan pengejawantahan untuk mengemuka dan dikenal oleh banyak kalangan. Di sinilah arti penting sebuah gerakan diadakan dalam rangka mengusung sebuah pemikiran dalam kaitannya dengan konteks tertentu. Ide dan gagasan yang terkandung dalam kepala seorang Musthafa Kamal juga tampaknya berusaha diwujudkan dalam aksi nyata yang memerlukan wadah tertentu. Dalam wadah inilah nantinya Musthafa Kamal mampu mengubah pemikirannya dari sekedar ide, lalu menjadi gerakan yang mewujud.

Musthafa Kamal mulai mengenal politik di saat menempuh pendidikannya. Ia juga terlibat dalam pembentukan komite rahasia untuk melancarkan kritik terhadap pemerintahan yang dinilainya tidak sejalan dengan apa yang menjadi keinginannya. Pada 1906, ia dan beberapa orang yang lain membentuk Perkumpulan Vatan (Tanah Air) dan membuka cabang-cabang di Yaffa, Yerussalem dan Beirut. Setelah itu, pada 1907, ia bergabung dalam organisasi yang memliki pengaruh yang lebih besar, yakni Perkumpulan Persatuan dan Kemajuan. Dalam oragnisasi ini, ia berpandangan bahwa diperlukan tentara dan sekaligus partai untuk mempertahankan negara dan konstitusi.

Majelis Nasional Agung dibentuk pada tahun 1920 oleh Musthafa Kamal dan teman-temannya. Dalam sidang di Ankara, ia dipilih sebagai ketua. Musthafa Kamal beserta rekan-rekannya yang berhaluan nasionalis terus melekukan pergerakan, hingga pada 23 Juli 1923 ditandatangani Perjanjian Lausanue, dan pemerintahan Musthafa Kamal memperoleh legitimasi secara internasional.

Setelah perjuangan panjang dilakukan untuk meraih jabatan pemerintahan, tibalah saatnya perjuangan baru dimulai, yakni berjuang dengan segala upaya agar peradaban Barat dapat diterapkan di Turki dan segala sesuatu yang menghalangi upaya ini harus dihancurkan. Sekalipun golongan Islam menghendaki untuk mempertahankan bentuk pemerintahan kekhalifahan, namun pihak nasionalis yang didukung penuh oleh Musthafa Kamal dalam Majelis Nasional Agung pada bulan Oktober 1923 menelurkan kebijakan bahwa bentuk pemerintahan bagi rakyat Turki adalah Republik. Hingga saat ini, bangsa Turki seolah mengemis untuk dimasukkan ke dalam kelompok negara-negara Eropa, sekalipun pada dasarnya mereka–termasuk bangsa-bangsa yang lain–mampu mengungguli bangsa manapun dengan kembali berpegang pada Islam yang merupakan ispirasi kemajuan yang paling ideal yang pernah ada.






[*] Tugas Mata Kuliah Aliran Modern dalam Islam
[†]  Dhabith Tarki Sabiq, Kamal Attaturk: Pengusung Sekularisme dan Penghancur Khilafah Islamiah, (Jakarta: Senayan Publishing,    2008), hal. 11.
[‡]  Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hal. 149.
Jamaludin AL-Afghani merupakan sosok reformis pada zamannya. Setting sosial menjadikan Jamaludin tumbuh sebagai individu “pemberontak” terhadap kondisi saat itu. Dilaterbelakangi oleh penetrasi Barat terhadap dunia Islam, jiwanya yang suka mengembara, mengobarkan semangat perjuangan, anti-koloniliais, anti-imperialisme dan anti-penjajah menghantarkannya lebih terkenal sebagai tokoh politik daripada tokoh ilmuwan, ulama cendekiawan dan pendidik. Padahal sebenarnya banyak ide, gagasannya yang menggali tentang keberadaan ajaran Islam, Filsafat Islam dan ajaran-ajaran Islam. Karena pemikiran-pemikiran yang komprehensip itulah Jamaludin sering mendapat hujatan bahkan kecaman.

            Jamaludian terkenal sebagai sosok yang berkperibadian merakyat. Sering disela-sela mengajarnya bila malam hari berkeliling dan berdiskusi di “warung kopi”, berdiskusi dengan siapa saja. Tidak ada masalah yang tidak bisa dipecahkannya, semuanya seolah-olah Jamaludin tempat untuk memecahkan masalah.

           Corak pemikiran Jamaludian Al-Afghani bersifat “Revival” yang ingin mengembalikan sesuatu ajaran Islam pada asalnya dengan mengambil bentuk umat ideal jaman rasul dan para sahabat dan bersifat “Modern” dengan menggabungkan Ilmu pengetahuan, teknologi serta filsafat dalam setiap kajian pemahaman terhadap teks-teks ajaran Islam. Sehingga tidak jarang ide-ide, gagasan-gagasan serta pemikirannya selalu berseberangan dengan ulama-ulama setempat yang mengakibatkannya selalu diusir dari satu negara ke negara lain.

            Gaung gagasan dan pemikirannya mengilhami para intelektual, pemikir sesudahnya. Dikomandani oleh Muhammad Abduh, Rasyid Redla semangat Jamaludin AL-Afghani menyebar ke seluruh penjuru dunia baik Timur maupun Barat. Walaupun tidak meningglkan “turunan biologis” tetapi “muridnya’ sebagai pewaris keilmuan, pewaris cita-cita, ide dan gagasannya menjadi “turunan hakiki” yang akan diwariskan kepada genarasi selanjutnya.
Wallahu ‘alam bi murodlihi


NB: Bagi teman-teman yang ingin tugasnya diposting di blog ini, bisa kirim filenya ke email biep458@gmail.com dengan menyertakan Nama Lengkap dan Nomor Mahasiswa. Terima Kasih... "Indahnya Berbagi......."


[*] Disusun sebagai tugas Mata Kuliah Aliran Modern dalam Islam