Hidup Itu Indah


"Aduh hidup kok kayak begini, tiap hari ada masalah, anak, pekerjaan, urusan kantor, omongan tetangga, komentar orang tua, komentar buruk orang-orang terdekat selalu bermunculan setiap hari.... oh tuhan kok hidupku begini niiiiih"

Kawan kadang kita mendengar orang mengeluh semacam itu. Beban hidup memang membuat sebagian besar orang merasa tidak nyaman, selalu membelenggu dan membuat kecil hati menghadapi kerasnya kehidupan. Tuntutan hidup yang tinggi, dan sulitnya melakukan pemenuhan kebutuhan menjadi salah satu penyebab sesaknya gerak pikiran dan perasaan. Akumulasi masalah dan kompleksnya problem kehidupan membuat sebagian besar orang lari dari dunia yang nyata kepada kehidupan-semu. Jika dalam kondisi seperti itu kemudian hanya didekati dengan logika matematika manusia semata, yang dijumpai adalah perasaan menyalahkan diri sendiri dan mempertanyakan kekuasaan tuhan yang pengasih dan penyayang. 

"Tuhan kok Tuhan tidak mendengarkan doa-ku. Kapan Tuhann ? kok lama bangets?"

Perasaan putus asa dan menyerah kepada keadaan adalah penyakit paling berbahaya yang menghinggapi manusia. Karena putus asa pada dasarnya adalah keprasahan manusia pada materi bukan kepasrahan manusia kepada Tuhan. Lha kalau manusia sudah menyerah pada materi maka sebenarnya manusia memiliki harga tak lebih dari sekedar materi. Kalau manusia menyerah pada uang maka sebenarnyalah orang itu harganya lebih murah dari sekedar nilai uang. Oleh karena itu kata bijak menegaskan putus asa adalah temannya setan.
Pada dasarnya tidak ada satupun orang hidup itu menginginkan kegagalan. Yang diinginkan adalah keberhasilan. Sehingga ketika kegagalan dialami yang dirasakan adalah perasaan tidak berarti dan tidak berguna dalam kehidupan. Padahal jika dilihat dari kacamata positif kegagalan pada dasarnya adalah guru yang paling berharga. Orang yang dapat belajar dari kekagalan tentu tidak akan melakukan hal yang sama untuk gagal. Sebaliknya Keberhasilan adalah guru yang paling buruk karena keberhasilan sering membuat orang merasa puas dan lupa diri.

Sumber: GLOBAL BLOG