TUGAS MANAJEMEN PENDIDIKAN
OLEH :
Nur Khasanah (20080720017)
Dwi Cahya Nugraha (20080720018)
WahyuWidayat (20080720021)
Nur Naili Izzah (20080720022)
Ika Sofiarizqiani (20080720023)
Ø LATAR BELAKANG MASALAH
Dasar pendidikan Islam indentik dengan ajaran islam itu sendiri, yaitu Al-Qur’an
dan Al-Hadits. Pendidikan Islam sebagai sebuah konsep, rumusan atau produk
pikiran manusia dalam rangka pelaksanaan pembinaan dan pengembangan potensi
peserta didik tidak bersifat baku dan mutlak, tetapi bersifat relative sesuai
dengan keterbatasan kemampuan pikir dan daya nalar manusia mengkaji kandungan,
nilai dan makna wahyu Allah.
Konsep pendidikan Islam yang membahas tetang strategi, metode, media,
sumber, lingkungan bahkan materi sekalipun memang harus bersifat elastis dalam
arti sesuai tuntutan kebutuhan manusia yang selalu tumbuh dan berkembang. Al-Qur’a dan Al-Hadits sebagai rujukan
telaah, kajian dan sumber teliti filsafat pendidikan islam merupakan kebenaran
mutlak yang tidak mungkin dan tidak akan terjadi perubahan. Oleh karena itu,
kedua bentuk wahyu Allah tersebut menjadi dasar filsafat pendidikan sekaligus
dasar pendidikan islam.
Ø PEMBAHASAN
Istilah kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang
terdiri dari kata curir yang berarti “pelari” dan curere yang berarti “ tempat
berpacu”, sehingga curriculum diartikan “ jarak yang harus ditempuh oleh
pelari” (dalam istilah olah raga). Sedangkan dalam istilah pendidikan diartikan
sebagai kumpulan mata pelajaran yang harus ditempuh anak/peserta didik guna
memperoleh ijazah atau menyelesaikan pendidikanya.
Kurikulum dipandang sangat sempit,
karena hanya menekankan 2 hal, antara lain :
a.
Isi kurikulum berupa kumpulan mata pelajaran (subject matter)
yang diberikan sekolah pada anak didik.
b.
Tujuan pendidikan/kurikulum agar anak dapat mengusai yang
disimbolkan dalam bentuk ijazah atau sertifikat (Nana Sudjana 1996).
Dalam pertumbuhan dan perkembangan
pendidikan Islam dikenal sebagai manhaj yang berarti jalan yang terang/jalan
yang dilalui manusia pada berbagai kehidupan (Husain Qurah, 1996).
Menurut Omar Muhammad Al-thoumy
Al-syaibani (1979), Pendidikan Islam memandang kurikulum sebagai alat mendidik
generasi muda dengan baik menolong mereka untuk mengembangkan
keinginan-keinginan, bakat, kekuatan-kekuatan dan keterampilan yang beragam
serta mempersiapkan mereka untuk menjadi manusia yang dapat melaksanakan fungsi
kekholifahannya di muka bumi. Menurut jalauddin dan Usman Said (1996) kurikulum pendidikan Islam adalah bahan-bahan, aktivitas
pengalaman yang mengandung unsur ketauhidan.
Jadi, pendidikan
kurikulum pendidikan islam bermaKna :
a.
Program atau rencana pembelajaran yang harus di tuangkan
dalam garis-garis besar program pengajaran beserta berbagai petunjuk pelaksanaannya
yang merangkum demensi duniawi dan ukhrowi, serta fisik material dan moral.
b.
Pengalaman pembelajaran berupa kegiatan nyata dalam interaksi
dan proses pembelajaran baik di sekolah dan diluar sekolah dengan tanggung jawab
penyelenggaraan pendidikan dalam rangka pertumbuhan dan perkembangan individu
dalam menuju kedewasaan sesuai ajaran Islam.
Jadi dari beberapa pengertian, Manajemen Kurikulum
Sekolah Berbasis Agama dapat diartikan pengaturan atau pengelolaan bahan-bahan,
aktivitas, dan pengalaman pembelajaran yang mengandung ketauhidan (ke Esan
Allah) disekolah.
·
LANDASAN KURIKULUMPENDIDIKAN ISLAM
Kurikulum sebagai salah satu komponen pendidikan yang sangat berperan
dalam mengantarkan tujuan pendidikan yang diharapkan, harus mempunyai
dasar-dasar yang merupakan ketentuan utama yang mempengaruhi dan membentuk
materi kurikulum susunan dan organisasi kurikulum.
Al-Syaibani
(1979) menawarkan dasar-dasar kurikulum pendidikan islam :
1.
Dasar Religi, yaitu segala system yang
ada dalam masyarakat termasuk pendidikan, harus meletakkan dasar filsafah,
tujuan dan kurikulumnya pada dasar agama islam dengan segala aspeknya. Dasar
agama dalam kurikulum pendidikan islam jelas harus berdasar pada Al-Qur’an,
Assunnah, dan sumber-sumber yang bersifat Furu’ lainnya.
2.
Dasar falsafah, yaitu dasar ini
memberikan pedoman bagi tujuan pendidikan islam secara filosofis, sehingga
tujuan, isi dan organisani kurikulum mengandung suatu kebenaran dan pandangan
hidup dalam bentuk nilai-nilai yang diyakini sebagai suatu kebenaran, ditinjau
dari segi ontology, Epistemology, maupun Aqsiologi.
3.
Dasar Psikologi, dasar ini memberikan
landasan dalam perumusan kurikulum yang sejalan dengan ciri-ciri perkembangan
psikis peserta didik, sesuai dengan tahap kematangan dan bakatnya,
memperhatikan kecakapan pemikiran dan perbedaan perseorangan antara satu
peserta didik dengan yang lainnya.
4.
Dasar Sosial, Yaitu dasar ini sebagai landscape bagi kurikulum
pendidikan islam yang tercermin pada dasar social yang mengandung ciri-ciri
masyarakat islam dan kebudayaannya. Baik dari segi pengetahuan, nilai-nilai
ideal, cara berfikir dan adab kebiasaan, seni dan sebagainnya. Kaitannya dengan
kurikulum pendidikan islam sudah tentu kurikulum harus mengakar terhadap
masyarakat, perubahan dan perkembangannya.
·
PENDEKATAN DALAM
PENDIDIKAN ISLAM
Menurut Ramayulis (2002) ada beberapa
pendekatan yang dapat digunakan dalam pendidikan islam :
1.
Pendekatan
pengalaman
(experience approachean), yaitu pemberian pengalaman keagamaan kepada siswa
dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan siswa baik secara individu atau
kelompok. Dengan pengalaman edukatif kepada anak didik berpusat kepada tujuan
yang memberi arti terhadap kehidupan anak, interaktif dengan lingkungannya. Metode mengajar yang dapat digunakan dalam pendekatan
pengalaman diantaranya : metode eksperimen, metode drill, metode sosio
drama dan bermain peran, metode pemberian tugas belajar atau resitasi dll.
2.
Pendekatan
pembiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu yang
sifatnya otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku spontan
memberikan pendidikan kepada peserta didik agar mengamalkan agamanya, di dalam
individu atau di tengah kehidupan masyarakat. Sangat penting kiranya untuk
menginternalisasikan kebiasaan-kebiasaan yang baik pada awal kehidupan anak
seperti melaksanakan sholat lima waktu, berpuasa, menolong orang kesusahan dan
membantu fakir miskin. Metode mengajar yang perlu dipertimbangkan untuk dipilih
dan digunakan dengan pendekatan pembiasaan antara lain
: Metode latihan (drill), metode pemberian tugas, metode demonstrasi, dan
metode eksperimen.
3.
Pendekatan
emosional
adalah usaha untuk menggugah perasaan dan emosi siswa dalam meyakini doktrin
islam serta dapat merasakan mana yang baik dan yang buruk. Emosi adalah gejala
kejiwaan yang ada pada diri seseorang. Emosi tersebut berhubungan dengan
masalah perasaan. Di dalam perasaan rohaniah tercakup perasaan intelektual,
perasaan estetis dan perasaan etis, perasaan social dan harga diri. Emosi
berperan dalam pembentukan kepribadian. Justru itulah pendekatan emosional dijadikan
salah satu pendekatan dalam pendidikan Islam. Metode
mengajar yang digunakan dalam pendekatan perasaan, adalah metode
ceramah, sosio drama dan bercerita.
4.
Pendekatan
rasional
adalah pendekatan yang menggunakan rasio atau akal dalam memahami dan menerima
kebesaran serta kekuasaan Allah SWT. Walaupun disadari keterbatasan akal untuk
memikirkan dan memecahkan sesuatu, tetapai diyakini pula bahwa dengan akal
manusia dapat mencapai ketinggian ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Usaha
maksimal bagi guru dalam pendekatan rasional adalah dengan memberikan peran
akal dalam memahami dan menerima kebenaran agama. Metode mengajar yang digunakan dalam pendekatan
rasional yaitu Tanya jawab, kerja kelompok, diskusi, dan pemberian
tugas.
5.
Pendekatan
fungsional
adalah usaha memberikan materi agama menekankan kepada segi kemanfaatan bagi
siswa dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan tingkat berkembangnya. Ilmu
agama yang dipelajari oleh siswa di sekolah bukanlah hanya sekedar teori saja
tapi diharapkan dapat berguna bagi kehidupan anak, baik dalam kehidupan
individu maupun dalam kehidupan social. Dengan agama anak-anak dapat
meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendekatan funsional yang ditetapkan di
sekolah dapat dijadikan agama lebih hidup dan dinamis.
Metode yang dapat digunakan antara lain: metode latihan, metode ceramah,
Tanya jawab, pemberian tugas dan demonstrasi.
6.
Pendekatan
keteladanan adalah memperlihatkan keteladanan, baik yang berlangsung melalui
penciptaan kondisi pergaulan yang akrab antara personal sekolah, perilaku
pendidikan dan tenaga pendidikan lain yang mencerminkan akhlak yang terpuji,
maupun yang tidak langsung melalui suguhan ilustrasi berupa kisah-kisah
keteladanan. Keteladanan pendidik terhadap peserta didik merupakan kunci
keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk moral spiritual dan social
anak. Hal ini karena pendidik adalah figure terbaik dalam pandangan anak yang
akan dijadikannya sebagai teladan dalam mengidentifikasikan diri dalam segala
aspek kehidupannya atau figure pendidik tersebut terpatri dalam jiwa dan
perasaannya tercermin dalam ucapan dan perbuatannya. Dalam pendekatan
keteladanan ini ada beberapa metode yang dapat digunakan antara lain melalui
performance, kepribadian, cerita, dan ilustrasi yang mengandung unsure
keteladanan.
· METODE PENDIDIKAN ISLAM
Metode pembelajaran cukup bervariasi
bahkan dapat persamaan antara metode pendidikan islam dengan metode pendidikan
umum. Menurut Abdurrahman saleh (1994) beberapa metode pendidikan islam yang
telah diisyaratkan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits terdiri dari :
1.
Metode Cerita dan Ceramah adalah metode yang banyak
ditemukan dalam Al-Qur’an berisi kisah kesejarahan atau peristiwa yang pernah
terjadi seperti peristiwa kepemimpinan, kedzaliman, keteguhan iman dan
perjuangan, pendidikan, kerusakan dan kehancuran suatu bangsa dsb. Aktualisasi
metode cerita atau ceramah ini di antaranya diisyaratkan QS.Al-A’raf : 176 :
Dan kalau kami menghendaki, Sesungguhnya kami
tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia
dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing
jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia
mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat kami. Maka
Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.
2.
Metode Diskusi, Tanya Jawab atau Dialog adalah metode yang banyak
digunakan dalam Al-Qur’an. Tipe pertanyaan yang diajukan memiliki berbagai dimensi,
misalnya dalam rangka titik awal penjelasan sesuatu lebih lanjut, dalam rangka
menciptakan diskusi atau dialoguntuk memperdalam mempelajari persoalan dan
sebagainya. Diisyaratkan antara lain dalam QS. AlAnbiya’ : 52-53
Artinya
: (ingatlah), ketika Ibrahim Berkata
kepada bapaknya dan kaumnya: "Patung-patung apakah Ini yang kamu tekun
beribadat kepadanya?" Mereka
menjawab: "Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya".
3.
Metode
Perumpamaan atau Metafora adalah metode yang
mengembangkan kemampuan analisis dalam rangka menemukan makna. QS.Al-Baqoroh
:26
Artinya:
“Sesungguhnya
Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari
itu”
QS.
Al-Ankabut : 41
Intinya
Allah mengumpamakan orang-orang yang menyekutukan Dia bagaikan laba-baba yang
lemah dan tak berdaya.
4.
Metode
Perumpamaan atau Metafora, metode yang memerlukan
kemampuan analisis sekaligus membiasakan para murid mengembangkan kemampuan
analisisnya, diberikan dalam bentuk symbol-simbol yang verbal.
5.
Metode
Ganjaran dan Hukuman adalah metode yang digunakan
Al-Qur’an
yang memberikan motivasi pada umat melakukan yang baik dan memberikan ancaman
atau sanksi bagi pelanggar dan yang berbuat jahat. QS. Ali Imran : 148
Artinya
: Karena itu Allah memberikan kepada
mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. dan Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebaikan.
Didukung QS.Al-Maidah : 45 yang artinya “
Dan Kami telah mewajikan atas mereka dalam kitab (Taurat) itu bahwa jiwa
(dibalas) jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga,
gigi dengan gigi, dan luka-luka itu ada balasannya.
·
TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Menurut Prof.
Athiyah Al-Abrasyi menyimpulkan tujuan pendidikan islam dalam karyanya
Al-Tarbiyah Al-islamiyah wa falsafatuha adalah :
a.
Untuk mengaktualisasikan
pembentukan akhlak yang mulia
b.
Sebagai persiapan
kehidupan dunia dan akhirat
c.
Menumbuhkan Ruh
ilmiyah(scientific spirit) pada pelajaran dan memuaskan hati untuk mengetahui
(Curiosity) dan memungkinkannya mengkaji ilmu sebagai ilmu.
d.
Menyiapkan pelajar dari
segi professional, teknis, dan berusaha untuk menguasai profesi tertentu.
e.
Untuk mempersiapkan
kehidupan perekonomian.
·
CIRI-CIRI KURIKULUM
PENDIDIKAN ISLAM
a.
Menonjolkan tujuan agama
(akhlak) yang termuat dalam metode, teknis, alat pendidikan yang bercorak
keagamaan.
b.
Segala yang diajarkan dan
diamalkan dalam lingkungan keagamaan berdasarkan ajaran Al-Qur’an,
Assunah maupun sejarah kehidupan para ulama Shaleh.
Ø KESIMPULAN
·
Program atau rencana pembelajaran yang harus di tuangkan
dalam garis-garis besar program pengajaran berserta berbagai petunjuk
pelaksanaanya yang merangkum demensi duniawi dan ukhrowi, serta fisik material
dan moral.
·
Pengalaman pembelajaran berupa kegiatan nyata dalam interaksi
dan proses pembelajaran baik di sekolah dan diluar sekolah dengan tanggunjawab
penyelenggaraan pendidikan dalam rangka pertumbuhan dan perkembangan individu
dalam menuju kedewasaan sesuai ajaran Islam.
·
Landasan Kurikulum Pendidikan Islam terdiri dari : Dasar
Religi, dasar Filsafat, dasar Psikologi, dasar Sosial
·
Pendekatan Kurikulum
Pendidikan Islam terdiri dari : Pendekatan Pengalaman, Kebiasaan, Emosional,
Rasional, Funsional, Dan Keteladanan.
·
Metode Kurikulum Pendidikan Islam Terdiri dari : Metode
Cerita dan ceramah, diskusi Tanya jawab atau dialog, perumpamaan atau metafora,
metode simbolisme Verba, Metode Ganjaran dan Hukuman.
Ø DAFTAR PUSTAKA
Syar’I, H.Ahmad.2005.Filsafat Pendidikan Islam. Palangkaraya : Pustaka Firdaus
Abdullah Abdurahman Saleh. 1994. Teori-teori
Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an. Jakarta : Rineka Cipta
Khaerudin. 2007. Kurikulum Satuan Pendidikan Madrasah.
Jogjakarta : Pilar Media
Google