Akhlak Rosulullah SAW [Bagian Kedua]

(Bagian 2)


Di sebuah sudut kota Madinah, selalu mangkal seorang pengemis Yahudi yang buta. Setiap orang yang mendekatinya, ia selalu berkata “wahai saudaraku, jangan engkau dekati Muhammad yang mengaku sebagai rosul itu. Dia gila, pembohong, dan tukang sihir. Jika kamu mendekatinya, dia akan memengaruhimu.”

Walau sebegitu busuk hati dan perbuatan pengemis itu, setiap pagi Rosulullah selalu membawakan makanan untuknya. Tanpa berkata, beliau menyuapi pengemis itu. Rosulullah melakukan hal ini hingga wafat.

Ketika Abu baker berkunjung ke rumah Aisyah, beliau bertanya “wahai anakku, adakah sunah Rosulullah yang belum aku kerjakan?” Aisyah menjawab, “Wahai ayah, engkau ahli sunah, hampir tidak ada sunah yang belum ayah lakukan, kecuali setiap pagi Rosulullah pergi ke ujung pasar dengan membawa makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana.”

Keesokan harinya Abu Bakar pergi ke sudut pasar dengan membawa makanan. Abu Bakar memberikan makanan kepada sang pengemis . ketika mulai menyuapi, pengemis itu marah sambil berteriak, “siapa kamu??” Abu Bakar menjawab “Aku orang yang biasa.” Pengemis membantah “Engkau bukan orang yang biasa dating. Apabila orang itu datang, tanganku tidak akan susah memegang dan mulutku tidak akan susah mengunyah. Orang itu selalu menghaluskan makanan terlebih dahulu sebelum menyuapkan kepadaku.”

Abu bakar tidak dapat menahan air matanya. Ia menangis sambil berkata jujur, “Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku sahabatnya. Orang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rosulullah SAW.” Setelah orang pengemis Yahudi itu mendengar cerita Abu Bakar, ia menangis dan berkata, “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, tetapi ia tidak pernah memarahiku sedikitpun. Ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi. Ia begitu mulia.” Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya masuk islam dan bersyahadat di hadapan Abu Bakar.

Itulah salah satu bentuk keagungan seorang Muhammad. Kebaikkan dan ketinggian akhlaknya tidak terbendung oleh kebencian dan cercaan. Bahkan, beda keyakinan yang notabene merupakan hal yang paling esensial, menjadi lebur di hadapan keluhuran hatinya. Ini sebuah cermin dan teladan yang sangat dibutuhkan ketika saling pengertian. Toleransi, dan objektivitas menjadi barang mahal.


Catatan: Bagi teman-teman yang ingin tugasnya diposting di blog ini, bisa kirim filenya ke email biep458@gmail.com dengan menyertakan Nama Lengkap dan Nomor Mahasiswa atau ketemu langsung dengan saudara Muhammad Furqan Ab (20100720067) di kampus tercinta, CP: 085235554237. Jazakumullah... (Indahnya Berbagi.......)