Dosen : Ir. H. Supriyadi, M.M
A.
Eksploitasi Imajinasi dan Intuisi Usaha
Sifat
wirausahawan adalah selalu mencari dan melihat peluang yang tersembunyi dengan
gagasan baru dan bekerja keras untuk merubah peluang menjadi kenyataan.
Kreativitas dalam memunculkan ide memiliki peranan penting dalam inovasi produk
sebuah usaha. Sutomo (2007) menjelaskan bahwa kreativitas menjadikan peluang
sebagai ide praktis yang dapat diterapkan ke pekerjaan sehari-hari memerlukan
kemampuan pengembangan ide (divergen) dan kemampuan mengerucutkan ide
(konvergen). Contohnya Seorang wirausaha
yang melihat limbah perca di sekitar rumah, terlebih dahulu akan mengembangkan
ide, bisa dijadikan apa ya? Aksesoris? Boneka? Hiasan dinding ? tudung saji?
Dan lain sebagainya. Setelah itu seorang wirausaha perlu mengerucutkan ide itu
tadi sehingga lebih fokus dan realistis untuk dijalankan.
Prof. George
W. Ladd (dalam Alma, 2005) dalam karyanya yang berjudul Atistic Researh Tool for Scientific Minds mengemukakan bahwa
kemajuan usaha dipengaruhi oleh mental bawah sadar berupa imajinasi dan
intuisi.
1. Rasa bawah sadar
Rasa bawah sadar adalah berupa
proses mental , bisa berbentuk pikiran, ide dan perasaan yang muncul dalam
pikiran tanpa kita sadari. Konsep dan pikiran kita berasal dari bawah sadar
kemudia rasa sadar kita digunakan untuk menguji konsep itu, apakah diterima
atau ditolak Misalnya saat seseorang sedang berbincang-bincang serius,
tiba-tiba melintas dalam pikirannya untuk menemui seseorang untu menawarkan
barang. Saat perbincangan serius selesai, orang tersebut berusaha mengingat apa
yang tadi melintas. Upaya untuk mengingat itu bisa berhasil bisa tidak. Jika
tidak berhasil mengingat artinya alam sadarnya tidak berhasil memanggil kembali
apa yang muncul di alam bawah sadarnya. Pada kenyataannya hanya sebagian kecil
proses bawah sadar yang mampu diingat oleh seseorang. Kemampuan ini bergantung
pada seberapa sering seserang memberikan perhatian pada ide yang muncul di alam
bawah sadarnya.
2. Imajinasi
Ide juga bisa muncul melalui
imajinasi. Imajinasi ada 2, yaitu imajinasi pasif (contohnya mimpi, lamunan)
dan imajinasi reproduksi (contohnya imajinasi di bidang sains). Imajinasi
reproduksi didukung oleh kemampuan membentuk kembali pengalaman masa lalu,
orang semacam ini inin mengobservasi, ingin memliki dan ingin mewujudkan
idenya. Imajinasi seperti ini disebut juga imajinasi kreatif. Hasil dari
imajinasi kreatif adalah penemuan baru, yang bisa berupa benda, konsep, ide
maupun model .
3. Intuisi
Definisi intuisi adalah ”pengetahuan mendadak yang
diperoleh tanpa sadar”. Bisa diartikan pula sebagai pengertian yang diperoleh
mendadak tentang kebenaran. Istilah lain dari intuisi adalah ”knowing without knowing why I know”. Contoh intuisi adalah saat
seorang wirausaha sedang menanam bunga, tiba-tiba melintas ide dalam benaknya
tentang cara meningkatkan penjualan.
Pada dasarnya semua orang
memiliki intuisi. Proses mental bawah sadar yang menciptakan intuisi bisa
distimulasi agar lebih produktif. Salah satu caranya adalah dengan mencatat,
segera setelah ide tersebut muncul.
Ladd menguraikan faktor-faktor
yang mendorong bekerjanya proses bawah
sadar menjadi sangat produktif. Faktor tersebut adalah:
1. Keraguan (doubt)
Saat seseorang merasa ragu untuk menyelesaikan masalah dengan
cara konvensional, rasa bawah sadar
kemudian muncul membantu menciptakan ide pemecahannya.
2. Sikap berani (venturesome attitude)
Keberanian
berbuat salah akan meningkatkan respon terhadap ide dari alam bawah sadar.
Orang yang takut berbuat cenderung segera menolak ide yang tidak biasa, dan
mengambil langkah yang lebih aman. Akibatnya kemajuan yang didapat akan lebih
lambat dari orang yang berani menjalankan intuisinya. Perlu disadari bahwa
kesalahan adalah hal biasa, dan kegagalan tidak pernah bisa diramalkan secara
tepat. Tantangan dari sebuah ide yang penuh resiko akan membuat seorang wirausaha
lebih cermat dalam membuat persiapan dan lebih keras dan berusaha. Bahkan
kegagalam besar mungkin akan lebih mengobarkan semangat dianding sebuah
kesuksesan kecil.
3. Bermacam-macam pengalaman, memori
dan ketertarikan
Banyak
pengalaman,kenangan dan minat yang dimiliki akan membantu memanfaatkan rasa
bawah sadar seseorang. Seluruh informasi yang didapat dari pengalaman, kenangan
dan pengembangan minat akan membantu seseorang membuat jalinan hubungan benda
atau masalah yang dihadapi.
4. Persiapan yang sempurna dan
sungguh-sungguh
Membuat
persiapan dengan cermat dan serius, merenungi masalahnya dengan jelas, akan
memancing rasa bawah sadar memunculkan ide yang bermanfaat.
5. Menyerah sementara
Rasa bawah sadar kadang
memunculkan solusi saat seseorang berhenti memikirkan masalahnya. Saat
menghadapi masalah atau mencari ide baru ada baiknya seorang wirausaha
menghentikan sejenak upayanya tersebut, dan melakukan kegiatan lain.
6. Relaksasi/istirahat/santai
Proses
kerja alam bawah sadar aktif pada saat pikiran tidak terlalu penuh, maka
kondisi santai akan sangat bermanfaat untuk memunculkan ide. Ada orang yang
alam bawah sadarnya aktif pada malam hari sehingga tengah malam terbangun
dengan ide cemerlang. Ada pula yang idenya muncul saat jalan-jalan, mengendarai
mobil, berlibur ke tempat yang menimbulkan rasa santai dan nyaman, atau
berbaring setengah tidur.
7. Menulis
Alam
awah sadar bisa terstimulasi saat menulis. Menulis mengaktifkan imajinasi dan
kerja belahan otak kanan, sehingga mendorong alam bawah sadar untuk bekerja.
J.Z. Young dalam bukunya Doubt and
certainty in science menyatakan bahwa intuisinya banyak muncul apabila ia
menulis. Pada waktu ia menulis, ia hanya tahu kalimat pertamanya saja tanpa
tahu kalimat selanjutnya. Tapi ketika dimulai, intuisinya muncul terus menerus
sehingga selesailah pekerjaan menulisnya.
8. Bertukar pikiran
Berbicara
dengan orang lain akan memberikan kita pendapat atau sudut pandang lain, bisa
juga melengkapi ide atau pandangan kita yang kurang komplit. Diskusi dengan
orang lain akan sangat membantu pemecahan masalah.
9. Bebas dari kebingungan atau kekacauan
Banyaknya
gangguan atau interupsi akan mengganggu kerja alam bawah sadar. Pada orang yang
terlalu banyak tugas, pikirannya ruwet karena sering berganti tugas, pemindahan
yang terjadi dari rasa bawah sadar akan
diterima oleh rasa bawah sadar sebagi random
noise atau keributanbelaka, dan ini tidak akan melahirkan intuisi. Segera
melaksanakan tugas, dan tidak menundanya bisa menjadi salah satu cara agar
pikiran tidak terlalu ruwet sehingga ada tempat kosong atau space untuk alam bawah sadar bekerja.
10.
Limit
waktu (deadline)
Adanya
batas waktu yang hampir habis, mendorong alam bawah sadar bekerja lebih giat.
Misalnya bagi seorang wirausaha, semakin dekat waktu penyelesaian target, maka
makin banyak ide praktis muncul. Hal ini menjelaskan mengapa seseorang baru
bisa menyelesaikan tugas saat tenggat waktu hampir habis. Membiasakan melakukan
pekerjaan pada batas waktu tidak terlalu disarankan, karena belum tentu ide
akan muncul di saat-saat terakhir.
11. Tekanan/ tension
Tekanan
atau keterlibatan kita yang sangat dalam pada satu persoalan ditambah lagi
dengan rasa keinginan tahu yang sangat besar akan mengundang konsentrasi dan
semangat tinggi sehingga mendorong rasa
bawah sadar seseorang. Sumber keinginan untuk memecahkan masalah ada 3, yaitu
curiosity, ego dan frustasi. Curiosity atau rasa penasaran muncul saat
seseorang melihat sesuatu yang tidak sempurna atau perlu dirubah, kemudian ego
mendorong seseroang untuk melakukan sesuatu, sehingga jika ia mampu
menyempurnakan atau menyelesaikannya akan muncul perasaan mampu (mastery dalam
dirinya). Perasaan frustasi yang muncul saat seseorang gagal atau merasa
hasilnya belum lengkap/sempurna juga bisa memunculkan tekanan dalam diri yang
membuatnya bersemangat untuk melakukan tindakan. Ketiga faktor diatas
(penasaran, ego, frustasi) akan membangkitkan tension estetik yang mendorong
munculnya intuisi.
Prof.Ladd
menyatakan bahwa tidak ada gunanya seseorang memililiki banyak rasa bawah sadar
bila rasa sadarnya gagal menangkap hasil bawah sadar. Intuisi terkadang muncul
di batas rasa sadar, dan harus segera ditangkap sebelum hilang. Imajinasi dan
intuisi akan sangat membantu kemajuan usaha seseorang. Dengan didukung
pengalaman, data, mau berpikir, senang dengan tantangan, akan memaksa seseorang
meningkatkan daya intuisinya. Misalnya seorang wirausaha tiba-tiba punya ide
pergi ke luar kota menemui sahabat lamanya. Kunjungan mendadak itu ternyata mendatangkan
keuntungan yang luar biasa. Seandainya ia tidak menuruti intuisinya untuk pergi
menemui sahabatnya, maka keuntungan itu tidak akan datang.
B.
Menilai Peluang Usaha Baru
Peluang usaha bisa muncul dari
mana-mana. Baik muncul dari diri sendiri
melalui intuisi maupun melalui hasi pencarian ide yang dilakukan secara
sengaja, maupun muncul sebagai respon terhadap faktor di luar diri (tawaran,
lokasi straegis, permintaan pasar, bahan baku melimpah, dsb). Beberapa hal yang
perlu diingat oleh seorang wirausaha dalam melihat peluang adalah (Supriyadi &
Widodo, 2002):
1.
Pengalaman dan objektifitas
Terutama
dari sudut pandang pemasaran dan sudut pandang bisnis. Pengalaman akan membantu
seorang wirausaha dalam menilai sebuah peluang usaha. Misalnya pengalaman
seseorang berdagang pakaian batik akan membantunya menilai peluang membuka
konfeksi pakaian batik. Pengalaman bisa berasal dari apa yang pernah
dilakukannya, bisa juga melalui konsultasi dengan orang yang lebih
berpengalaman. Selain itu objektivitas dalam menilai sebuah peluang juga
diperlukan sehingga usaha yang dijalani sudah diawali dengan perhitungan yang
matang.
2.
Kedekatan pasar
Salah
satu kesalahan dalam wirausaha yaitu ada kecenderungan hanya faktor kemampuan
berproduksi saja yang diutamakan, sedangkan kemampuan untuk memenuhi keinginan
konsumen kurang diperhatikan. Mestinya memproduksi untuk bisa dijual, bukan
sekedar memproduksi apa yang dapat dibuat.
3.
Pemahaman teknis
Kurangnya
pemahaman teknis terutama bagi produk baru akan menghambat atau mengakibatkan
tertundanya pendirian usaha baru. Sebaiknya saat melihat peluang usaha, seorang
wirausaha segera mencari tahu sedetail mungkin persiapan teknis yang dibutuhkan
menjalankan usaha tersebut, sehingga saat usaha dimulai tidak banyak waktu dan
biaya terbuang karena faktor teknis.
4.
Kebutuhan finansial
Perlu
dihitung biaya yang dibutuhkan untuk produk baru, termasuk biaya coba-coba.
Pengadaan alat, pelatihan SDM, dan lain-lain. Besarnya kebutuhan ini akan
membantu menentukan harga serta kapan dan bagaimana break event point (BEP)
dapat dicapai.
5.
Diferensiasi produk
Terutama
untuk membedakan produk maupun jasa yang akan ditawarkan, dengan produk
pesaing. Peluang akan semakin besar jika seorang wirausaha mampu menawarkan
produk yang memiliki nilai lebih atau berbeda dari yang sudah ada.
6.
Pemahaman aspek hukum
Terutama
berkaitan dengan masalah hak cipta, merk dagang, hak paten, dll (SIUT, SIUP,
SIUJK,TDP, NPWP, PKP). Pemahaman terhadap aspek hukum membantu mengurangi
faktor resiko. Ada peluang usaha yang
tampaknya memberikan keuntungan yang menggiurkan, ternyata memiliki resiko
berhadapan dengan masalah hukum. Dalam hal ini seorang wirausaha wajib
berhati-hati mensikapi peluang tersebut.
Hal-hal
yang disebutkan di atas, bukanlah untuk menakut-nakuti seorang calon wirausaha
untuk memulai usahanya, tapi agar seorang wirausaha bisa mensikapi peluang
dengan cerdas sehingga lebih dekat dengan keberhasilan. Menilai peluang
sebaiknya tidak dilakukan terlalu lamban, karena peluang yang ada bisa hilang
atau diambil orang. Seorang wirausaha harus bisa bergerak dan berpikir dengan
cepat.
Suharno
(2008) memberikan fakta dan tips untuk
membantu seorang wirausaha menilai peluang usaha maupun usaha yang sedang
dijalani, sebagai berikut:
1. Fakta
a. Pada umumnya semua jens produk memiliki
peluang mencetak keuntungan dan kerugian. Permasalahannya bukan pada produk
tapi pada pasarnya. Bisa saja seorang wirausaha menjalankan bisnis yang
tampaknya bergengsi ataupun eksklusif, tapi kalau produk itu tidak laku, apa
artinya?
b. Sebagian besar usaha mengalami
kebangkrutan bukan disebabkan oleh persaingan, melainkan oleh kekurangmampuan
mengelola SDM. Banyak perusahaan bisa tumbuh dengan cepat kemudian bangkrut
c. Banyak yang mengira bisnis yang dimulai
dengan hobi akan maju pesat. Faktanya, bisnis memang membantu wirausaha
mengetahui seluk beluk kegiatan yang terkait dengan hobi tersebut. Ketika hobi
menjadi bisnis, wirausaha perlu mencermati pola jual beli yang layak agar bisa
menguntungkan usahanya.
d. Menjual produk yang murah belum tentu
laku. Banyak produk yang harganya sangat mahal justeru lebih laku dari
pesaingnya yang menawarkan harga murah. Permasalahannya adalah pada nilai yang
akan diterima pembeli. Bisa jadi karena dengan harga semahal itu konsumen merasa
memperoleh sesuatu, mungkin kualitas produk, kualitas pelayanan, atau soal
gengsi. Wirausaha yang cermat memprediksi selera pasar, akan punya peluang
keberhasilan lebih besar.
e. Banyak orang mengira membuka usaha yang
belum dilaukan orang lain punya peluang maju lebih besar. Faktanya, dengan
membuka usaha baru yang belum dilakukan orang lain seorang wirausaha harus melakukan
investasi uang dan waktu yang lebih besar untuk meyakinkan konsumen bahwa
produk yang ditawarkan bermanfaat bagi konsumen.
2. Tips
a. Wirausaha perlu mencari sesuatu yang
membuatnya senang, misalnya: makanan, pendidikan, interior, fashion, perbankan,
dll. Tidak usah dipikirkan kegiatan itu menguntungkan atau tidak, yang penting
ia dapat memilih dan melakukan kegiatan yang menyenangkan.
b. Setelah mengumpulkan kegiatan yang
menyenangkan, seorang wirausaha bisa mulai memilih salah satu dari kegiatan
tersebut yang pasarnya benar-benar bagus. Misalnya seorang wirausaha menyenangi
kegiatan yang berkaitan dengan makanan, maka ia bisa memilih mana yang pasarnya
lebih bagus: usaha catering, membuka warung makan, membuat kue kering, minuman
ringan, bisnis hantaran makanan/parcel, atau menjadi penulis resep inovatif di
majalah-majalah?
c. Setelah memilih dengan mantap, wirausaha
perlu mencari tentang pesaing dalam bidang usaha tersebut. Dengan mengetahui
kualitas dan kuantitas pesaing wirausaha dapat mengukur kemampuannya dalam
membangun usaha.
C.
Analisis SWOT
|
.
Gambar 7. Diagram Analisis SWOT (Sumber:
Rangkuti, 2006)
Pada gambar di atas dapat dilihat kondisi yang
berbeda pada masing-masing kuadran:
a. Kuadran 1 :
Situasi yang sangat menguntungkan, ada sinergi
antara kekuatan yang dimiliki dan peluang. Wirausaha dapat melancarkan
kebijakan agresif (growth oriented
strategy) berkaitan dengan usaha atau produknya.
b. Kuadran 2 :
Meskipun menghadapi perbagai ancaman, tapi masih
ada kekuatan internal yang dimiliki. Strategi yang harus digunakan adalah
strategi diversifikasi produk/pasar agar usaha dapat berjalan
c. Kuadran 3 :
Peluang pasar besar, tapi ada kendala internal
(contohnya permintaan terhadap produk tinggi tapi secara internal sedang
mengalami masalah SDM). Strategi yang dapat dilakukan adalah mengurangi masalah
atau kendala internal sehingga dapat merebut
peluang pasar yang baik
d. Kuadran 4:
Kondisi yang sangat tidak menguntungkan, secara
internal banyak kelemahan sementara ancaman dari luar cukup banyak dalam
kondisi ini strategi yang diunakan adalah stratgi defensif, yang penting usaha
bisa terus bertahan.
Alat yang digunakan untuk
menyusun faktir strategis perusahaan adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif
strategis.
IFAS
EFAS
|
STRE NGTHS (S)
Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal
|
WEAKNESS (W)
Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal
|
OPPORTUNITIES (O)
Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal
|
STRATEGI SO
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang
|
STRATEGI WO
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan peluang
|
THREATHS (T)
Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal
|
STRATEGI ST
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman
|
STRATEGI WT
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan
dan menghindari ancaman.
|
|
a. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran
perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan sluruh kekuatan untuk merebut dan
memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
b. Strategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan
yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman
c. Strategi WO
Strategi ini diterapkan bardasarkan pemanfaatan
peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang
bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari
ancaman. (Rangkuti, 2006).
D.
Profil Usaha
Secara
garis besar ada 5 jenis usaha, kelima usaha ini dapat dirinci sedemikian rupa
baik menurut lembaga yang mengusahakan, bentuk badan hukum, besarnya usaha,
komoditi yang diusahakan, sehingga muncul berbagai jenis usaha yang luar biasa
banyaknya. Kelima usaha tersebut antara lain:
1.
Usaha ekstraktif
Merupakan usaha yang bergerak dalam bidang
pertambangan atau bidang usaha yang mengambil langsung dari alam, seperti hasil
laut, hasil hutan.
2.
Usaha agraris
Mencakup berbagai usaha pengelolaan kebun,
perdagangan hasil-hasil pertanian (agrobisnis) atau usaha apapun yang dapat
dihasilkan atau diolah dari bidang pertanian, perkebunan maupun
peternakan.
3.
Usaha industri
Pengolahan bahan mentah menjadi barang
jadi, atau modifikasi menjadi produk yang baru. Industri dapat dirinci dalam
bentuk berbagai jenis komoditi yang dihasilkan dan besar kecilnya industri yang
diusahakan.
4.
Usaha jasa
Bentuk utama dari usaha ini adalah
memberikan layanan atau service. Bisa berupa tenaga, keahlian, maupun ide.
Contoh usaha ini adalah biro jasa pengurusan surat (bpkb, stnk, pasport, dll),
lembaga konsultan, kursus, pengelolaan parkir, desain dsb.
5.
Usaha perdagangan
Penjualan
berbagai produk, baik dalam skala besar maupun kecil. Perdagangan merupakan
ujung tombak bisnis, karena sebaik apapun sebuah produk, belum bernilai bisnis
sampai ia berhasil dijual.
Usaha perdangan dapat dirinci
menurut besar kecilnya usaha dan berbagai komoditi yang diperdagangkannya.
Beberapa jenis usaha perdagangan menurut Alma (2005), sebagai berikut:
Perdagangan besar
Ialah
segala aktivitas marketing yang menggerakkan barang-barang dari produsen ke
pedagang eceran atau ke lembaga-lembaga marketing lainnya. Proses marketing
dalam perdagangan besar dapat dilihat dalam skema di bawah ini
|
Penjelasan skema di atas, sebagai berikut:
a.
Konsentrasi
Barang-barang
yang akan dipasarkan dikumpulkan terlebih dahulu. Misalnya pengepul hasil
pertanian seperti tengkulak, KUD atau dolog yang mengumpulkan beras dari para
petani.
b.
Equasi
Mencari
informasi daerah yang memerlukannya, berapa dan kapan diperlukannya
c. Distribusi
Barang
dikirim menurut jumlah dan kualitas sesuai dengan informasi yang telah
dikumpulkan. Pola distribusi bisa menunjukkan apakah sebuah perdagangan itu
bisa dikatakan perdagangan besar atau bukan. Ada 3 hal yang bisa diperhatikan; yaitu:
1) Motif pembelian, Barang bukan untuk
dikonsumsi, tapi untuk dijual kembali agar memperoleh keuntungan
2) Jumlah pembelian, barang yang dibeli dalam
jumlah besar, bukan untuk keluarga maupun kawan sendiri, tapi untuk
diperdagangkan
3) Cara-cara usaha, ada beberapa kriteria:
·
Perdagangan
besar mempunyai usaha yang diskriminatif, hanya melayani perdangan eceran.
Tidak melayani semua konsumen
·
Transaksinya
adalah transaksi besar, dala arti lebih besar dari kebutuhan sehari-hari
·
Harga
dapat berubah sesuai situasi. Bukan one price policy seperti para pedagang,
tapi dapat dilakukan cara korting, kredit, cara-cara pengiriman dsb.
Termasuk dalam perdangan besar adalah
perdagangan dengan cara grosir. Grosir sendiri dapat digolongkan sebagai
berikut:
1.
Grosir yang berfungsi terbatas, terdiri
atas:
a. Pengirim barang (drop shippers) adalah pedagang besar yang tidak memiliki gudang,
mereka membeli barang kemudian langsung mengirimkan kepada langganannya.
b. Pedagang dengan truk (truck jobber) adalah pedagang yang mengusahakan truk, membawa
barang, kemudian menyerahkannya sewaktu melewati pedagang eceran.
c. Grosir tunai dengan self service (cash carry wholesalers) yaitu pedagang
besar yang menjual barangnya secara tunai dengan harga relatif rendah.
d. Pengecer yang bersama-sama memiliki grosir
(retails owned cooperaties wholesalers)
yaitu sekelompok pedagang eceran mengusahakan sendiri toko grosir dengan dengan
maksud menekan biaya dan dapat membeli barang dengan harga relatif rendah.
Mereka memilih seorang manajer yang akan mengurus toko grosirnya. Toko grosir
ini berfungsi secara cooperatif sebagai pedagang besar atau melakukan fungsi
perdagangan lainnya secara bersama.
e. Kelompok sukarela bergabung dengan grosir (voluntary group wholesalers) merupakan
kelompok yang terdiri dari sekumpulan toko-toko eceran yang dimiliki secara
bebas oleh pengusaha-pengusahanya yang dengan sukarela bergabung dengan seorang
pedagang besar untuk pembelian, reklame, dan aktivitas-aktivitas lainnya.
2.
Pengumpul hasil pertanian
a. Pembeli lokal khusus (private resident buyer) merupakan dealer lokal yang berdiri sendiri
dan terkadang merupakan wakil dari dealer dan produsen.
b. Pembeli yang berkeliling mendatangi perusahaan
pertanian satu persatu atau membuka tempat pengangkutan lokal agar dapat membel
hasil para petani
c. Saudagar dengan truk (merchant truker) menggunakan truk sebagai alat pengangkut dengan
membeli buah-buahan, sayur-sayuran, ternak dll dan menjualnya langsung ke
pedagang eceran
d. Pembeli berdasar perintah (order buyer) yang memiliki para grosir
pasar sentral dan distributor, mereka membeli berdasarkan perintah dan
pemberian tugas dengan kualitas tertentu atau bisa
juga disebut menjadi agen perantara.
3.
Jenis grosir menurut barang yang diperdangankan
a. Grosir barang umum (general line) dapat memenuhi setiap kebutuhan pedagang eceran
karena mempunyai bermacam-macam produk dan mengambil keuntungan dari order yang
cukup besar.
b. Grosir barang khusus (speciality wholesalers) grosir yang menkhususkan diri di bidang
tertentu (misalnya obat, bahan pangan, pakaian jadi, dll). Karena mengkhususkan
diri dalam penjualan besar, biasanya mereka juga punya pengetahuan tentang
barang yang diperdagangkannya
4.
Jenis grosir menurut lapangannya
a. Grosir melayani pabrik (mill suply wholesalers) mereka menjual
berbagai barang hasil industri yang dibelinya ke pabrik-pabrik
b. Penjual barang khusus ke pabrik jenis
grosir (single line wholesalers) ,
grosir ini memperdagankan produk khusus untuk dijual kepada macam-macam pembeli
pembeli dan berindak seabagai drop
shipper.
5.
Menurut daerah operasi atau daerah yang
dilayaninya
a. Grosir tingkat nasional (national wholesalers) yaitu grosir yang
daerah kerjanya meliputi wilayah seluruh negara.
b. Grosir tingkat propinsi (regional wholesalers) yaitu grosir yang
tidak berusaha untuk mendistribusikan produk-produk mereka ke seluruh negara,
tetapi hanya menjangkau daerah luas meliputi seluruh daerah bagian atau
propinsi.
c. Grosir lokal (local wholesalers) daera kerjanya pada sebuah kota besar atau
bagian dari kota atau kota kecil yang letaknya berdekatan.
Dalam
dunia usaha, perdagangan besar memiliki fungsi antara lain: pengumpulan dan
penyebaran, pembelian dan penjualan, pemilihan barang, pemberian kredit,
penyimpanan dan pengangkutan.
Perdagangan eceran/ retail
Perdagangan
eceran bisa didefinisikan sebagai suatu kegiatan menjual barang dan jasa kepada
konsumen akhir. Perdagangan eceran adalah mata rantai terakhir dalam penyaluran
barang dari produsen ke konsumen. Pedagang eceran adalah orang yang pekerjaan
utamanya mengecerkan barang. kalau ada produsen yang menjual langsung produknya
ke konsumen akhir, tetap tidak termasuk retailing/pedagang eceran karena
pekerjaan utamanya bukan pengecer, tapi produsen. Perdagangan eceran ini sangat
penting artinya dalam mata rantai produk dari produsen sampai ke konsumen,
retail bisa memperoleh informasi tentang selera pembeli, memasang
spanduk/iklan, memberikan hadiah, dsb. Perdagangan eceran dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Perdagangan eceran besar
b. Perdagangan eceran kecil, terdiri dari
pedagang berpangkalan (toko kecil, kios, warung) dan pedagang tidak
berpangkalan (tukang bakso, tukang sate, sol sepatu).
Setelah
pebisnis retail masuk ke Indonesia, maka pelaku bisnis ritel dapat
dikelompokkan menjadi 4 (Foster, 2004):
a. Kelompok grosir dan hypermarket
b. Kelompok supermarket/department store
c. Kelompok minimarket modern
d. Peritel kecil tradisional
Terdapat
banyak faktor yang menentukan sukses tidaknya sebuah bisnis retail. Faktor
tersebut antara lain:
a. Lokasi/tempat : lokasi yang strategis,
misalnya di tengah keramaian kota akan memiliki volume penjualan lebih tinggi
dibanding toko yang letaknya jauh dari keramaian.
b. Kelengkapan barang : konsumen lebih
memilih toko yang lengkap, dengan variasi produk yang lebih beragam. Barang
yang disediakan perlu memperhatikan prinsip: menyediakan barang yang tepat,
pada tempat yang tepat,pada waktu yang tepat, pada harga yang tepat, pada
jumlah yang tepat. Oleh karena itu perlu perencanaan yang matang.
c. Ketepatan harga : strategi dalam
menentukan harga perlu dipertimbangkan. Ada toko yang memberikan penawaran
harga lebih murah dari harga pasaran untuk produk-produk terkenal, agar tokonya
mendapatkan citra murah sehingga konsumen bersedia menjadi pelanggan loyal di
toko tersebut
d. Suasana toko, dipengaruhi oleh :
eksterior, interior, layout, karyawan
|
Pedagang kaki lima
Kebanyakan
barang-barang yang ditawarkan adalah barang-barang conveniencey yang dibeli dengan alasan emosional, begitu melihat
langsung ingin membelinya. Harga produk masih bisa ditawar. Alma (2005)
menyebutkan definisi dari pedagang kaki lima adalah setiap orang yang melakukan
kegiatan usaha dengan maksud memperoleh
penhasilan yang sah, dilakukan secara tidak tetap, dengan kemampuan
terbatas, berlokasi tempat atau pusat-pusat konsumen.
Franchise (waralaba)
Bygrave (1994) mendefiniskan franchise sebagai sebuah peluang bisnis
dimana pemilik, produsen atau distributor sebagai franchisor dari barang dan jasa atau merk tertentu memberi hak
kepada individu atau franchisee untuk
menjadi agen lokal dari barang dan jasa. Sebagai imbalannya franchisor menerima
pembayaran atau royalti yang telah ditetapkan. Dalam kerjasama tersebut
terdapat license of agreement atau
semacam kontrak yang memuat rencana pemasaran, prosedur aliran dokumen,
pelaksanaan bantuan dan suaha pengembangan bisnis. Merk dagang menjadi aset utama franchisor.
Waralaba dibedakan menurut 3 karakteristik:
1. Pemberi waralaba memberi lisensi kepada
pewaralaba dengan imbalan royalti
2. Pewaralaba diharuskan membayar kewajiban
untuk menjadi bagian sistem tersebut
3. Pemberi waralaba menyediakan suatu sistem
pemasaran dan sistem operasi untuk menjalankan kegiatan bisnis. Misalnya mc
donald mengharuskan pewaralabanya mengikuti ”universitas of hamburger” di
illinois untuk belajar bagaimana cara mengelola bisnis dan menerima instruksi
prosedur yang harus diikuti dalam melaksanakan bisnis.
Keuntungan franchising:
1. Produk yang ditawarkan telah memasuki
pasaran yang luas dan diterima oleh umum
2. Franchising tidak perlu mengeluarkan biaya lagi untuk
memperkenalkan kredibilitas perusahaan
3.
Franchisor sudah berpengalaman dan memiliki keahlian
manajemen sehingga dapat memberikan bantuan kepada franchisee.
4. Perencanaan secara detail lebih bisa
dilakukan karena pengetahuan tentang pasar dari franchisor yang telah matang
Mahfoedz (2006) mengklasifikasikan waralaba menjadi 4 jenis:
1. Sistem waralaba pabrik-pengecer
Pabrik memberikan ijin kepada semua outlet
untuk menyimpan sediaan dan memasarkan produknya. Misalnya kendaraan bermotor,
produk minyak/gas, sepatu dll
2. Sistem waralaba pabrik-grosir
Franchisee melakukan aktivitas
produksinyanya kepada pengecer lokal. Misalnya pada perusahaan minuman pabrik
memasok bahan dasar kepada grosir yang menambahaknya dengan bahan, kemasan
produk kemudian mendistribusikannya.
3. Sistem waralaba grosir-pengecer
Franchisor mencari pengecer independen
untuk menjadi franchisee dengan cara kontrak, jadi grosir mensponsori waralaba
eceran.
4. Waralaba nama perusahaan
Franchisor memiliki nama perusahaan yang
telah dikenal dan mtode untuk pengoperasian outlet yang terbukti menguntungkan.
Misalnya mcdonalds, sheraton inn, dll