
Dalam sambutan pembukaannya, Satria Dharma menjelaskan, IGI pada awalnya tidak bercita-cita menjadi sebuah organisasi yang besar. Para pendirinya hanya ingin menciptakan sebuah MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) yang bersifat bottom up dan tidak bersifat top down. "Kami melihat kelemahan dari MGMP yang bersifat top down, yang selalu jalan bila ada proyek, selalu menunggu perintah dan menunggu honor ," ucap Dharma. Sebelum bertransformasi menjadi IGI, nama Indonesia Teachers Club dan Klub Guru Indonesia sempat menjadi bagian sejarah kelahiran IGI.
Sifat MGMP top down ini menurut Dharma, berbeda dengan semangat MGMPbottom up, di mana dalam MGMP jenis tersebut kesadaran guru untuk berubah dan memperluas wawasannya menjadi modal dasar. "Sebuah perubahan harus datang dari diri guru itu sendiri, untuk terus meningkatkan potensi, kemampuan, wawasan dan profesionalitas diri sendiri," ujar Dharma.
Lebih lanjut Dharma juga mengingatkan, untuk melakukan perubahan mutu pendidikan di Indonesia, guru yang memiliki tugas mencerdaskan kehidupan bangsa harus mandiri dan tidak terus menggantungkan diri pada pemerintah. Ia berpendapat, perubahan dan reformasi itu harus datang dari para guru sendiri, bukan dari birokrat atau pemerintah.
"Maka dari itu mari kita melakukan perubahan yang dimulai dari diri kita sendiri mulai dari sekarang. Coba bayangkan kalau seandainya guru-guru kita tersenyum setiap masuk kelas, maka 52 juta siswa kita akan bahagia di hari itu," himbau Dharma menutup sambutannya.
Sumber: http://www.kemdiknas.go.id/list_berita/2011/6/22/kongres-ikatan-guru-indonesia.aspx